Ini Dia 5 Indikator Teknikal Trading Favorit Trader Pro

Dunia pertradingan rasanya kurang lengkap tanpa alat bantu analisis teknikal atau sering disebut indikator teknikal. Dengan indikator, trader tidak perlu repot menganalisa pergerakan harga pasar mata uang, indeks saham, komoditas dan kripto. Semuanya disediakan secara gratis di berbagai platform trading dan bisa dimodifikasi sesuka hati. Yang jadi pertanyaan: Apa indikator analisis teknikal yang digunakan oleh trader pro? Kami telah meriset 5 trader profesional yang berhasil hanya dengan metode sederhana.

Kategori Indikator Teknikal Untuk Analisa di Metatrader

Pada aplikasi Metatrader terdapat 29 indikator modern (otomatis) dan 6 indikator klasik (manual) yang bisa digunakan atau disesuaikan. Saking banyaknya, pemula yang baru pertama kali mempelajari aplikasi trading ini sering mengalami kebingungan. Untuk mempermudah, kami membaginya menjadi 3 kategori berdasarkan fungsinya:

  1. Trend: indikator teknikal untuk membaca arah pergerakan harga yang sedang berlangsung.
  2. Oscillator: indikator yang digunakan mengetahui kemungkinan area jenuh (koreksi) dari pergerakan harga atau biasa disebut area Overbought (jenuh naik) dan Oversold (turun).
  3. Overlay: fungsinya mirip dengan Oscillator namun lebih spesifik mengetahui estimasi area Support dan Resisten.Indikator MT4 dan MT5 Yang digunakan Trader Pro:

1. Price Action Dengan Moving Average (Trend)

Indikator satu ini menempati urutan favorit nomor satu karena jumlah penggunanya sangat banyak. Kamu bisa menemukan panduan penggunaan MA (Moving Average) hampir di semua media pembelajaran trading. Berikut pngaturan MA yang sering dipakai oleh trader profesional:

Nial Fuller, trader asal Australia yang berhasil mempopulerkan sistem EMA 8 & 21 Crossover sebagai teknik yang melengkapi metode Price Action miliknya.

  • Timeframe: D1
  • MA Period: 8 dan 21
  • Method: Exponential
Contoh setup sinyal sell berdasarkan strategi Nial Fuller
Contoh setup sinyal Sell berdasarkan strategi Nial Fuller

Pada contoh ilustrasi diatas, area Entry terlihat jelas ketika kedua garis MA mengalami perpotongan (crossover). Angka 8 dan 21 ini termasuk dalam angka Fibonacci. Tak heran jika Nial Fuller mempercayakan kombinasi 2 Moving Average karena sudah diperhitungkan secara matematis.

2. Strategi Bollinger Bands oleh Schwab (Overlay)

Bollinger Band atau disingkat BB sejatinya adalah indikator Overlay, bukan trend. Kenapa demikian? Karena terdiri dari 3 garis yang memiliki peran sebagai batas atas (top), batas tengah (middle) dan bawah (bottom).

  • Top Line: garis resisten yang berfungsi sebagai area korektif sekaligus area jenuh beli.
  • Middle Line: memiliki fungsi yang sama persis dengan garis Moving Average, yaitu penentu arah.
  • Bottom Line: area support sekaligus estimasi pembalikan harga dari yang semula turun menjadi naik.

Salah satu pengguna Bollinger Bands yang terkenal adalah Charles Scwab, trader independen sekaligus pemilik brand bank investasi kelas kakap di Amerika. Berikut pengaturan Bollinger Bands yang bisa kalian contek dari Charles Scwab.

Contoh sinyal Sell - Double Top + BB oleh Charles Schwab
Contoh sinyal Sell – Double Top + BB oleh Charles Schwab

Kesalahan fatal yang paling sering dilakukan pemula saat mempraktekkan penggunaan Bollinger Bands: beli saat harga menyentuh Bottom, dan jual di area Top. Charles Schwab berhasil memaksimalkan potensi dari indikator ini dengan syarat harus dipadukan dengan pola harga Double Bottom untuk Buy dan Double Top untuk Sell.

3. Relative Strength Index (Oscillator)

Indikator RSI menjadi alat bantu analisa trading populer urutan ketiga karena tingkat kemudahannya. Cara pakainya persis Stochastic, ada level 80 sebagai area jenuh naik, dan 20 untuk area jenuh turun. Yang ngebedain hanya di tampilan grafisnya.

Perbandingan sinyal yang dihasilkan indikator teknikal RSI VS Stochastic
Perbandingan sinyal yang dihasilkan indikator teknikal RSI VS Stochastic

Pada Stochastic terdapat 2 garis yang jika berpotongan di area 80 menandakan sinyal Sell, dan area 20 sinyal Buy. Pada RSI hanya ada 1 buah garis, indikasi Buy dan Sell lebih disederhanakan tanpa perpotongan. Dari jumlah sinyal RSI kalah banyak dibandingkan Stochastic, tapi potensi terjadi “noise” atau sinyal palsu lebih minim.

Trader favorit Pipshunter yang menggunakan indikator RSI adalah Gary Comey, asal Irlandia. Beliau berhasil mengelola akun trading dengan total perolehan profit sekitar $388.000 sejak tshun 2015. Portfolio MQL-nya bisa dicek di: Blackwave California.

Gary Comey berhasil membuktikan teknik trading sederhana pun bisa berhasil selama Money Management-nya mendukung. Meskipun dalam prakteknya beliau menerapkan metode Averaging, keamanan modal tetaplah terjaga.

4. Fibonacci Retracement (Overlay)

Masih dengan indikator overlay, Fibonacci tidak kalah populer dengan indikator lainnya. Cara penggunaannya agak ribet karena tidak sepenuhnya otomatis. Berbeda dengan Bollinger Bands dengan 3 garis dinamis mengikuti pergerkana harga, pada pengaturan default Fibonacci terdapat lebih dari 5 garis yang disematkan angka Fibo.

Baca juga: Strategi Price Action Dengan Fibonacci Retracement ala Pipshunter.

Ilustrasi Fibonacci

Indikator ini sebaiknya dipadukan dengan indikator lain seperti: RSI dan Moving Average. Ketiga kombinasi ini merupakan toolkit bagi salah satu master fibonacci sekaligus coach di Pipshunter, Heru Prasetia.

Ilustrasi Fibo Combo MA + RSI oleh coach Heru

Tidak ada trik khusus disini. User cukup menambahkan Period Separator di timeframe H1 atau H4 kemudian menarik garis fibo dari High ke Low periode sebelumnya. Level ini akan dipakai untuk analisa di periode selanjutnya sesuai timeframe yang digunakan.

5. Moving Average Rasa MACD

MA juga ternyata ada rasanya lho. Rasanya persis MACD, bukan McDonald ya (jangan ketawa). Pernah kepikiran histogram yang ada pada MACD itu gimana ngitungnya? Rayner Teo berhasil membongkar rahasianya di blog pribadinya: https://www.tradingwithrayner.com/macd-indicator/

Ilustrasi asal-usul garis sinyal pada MACD
Penjelasan cara menghitung level garis sinyal pada MACD

Pada contoh diatas kita menyisipkan indikator MACD ke chart Gold (XAUUSD). Dapat diketahui asal muasal angka pada garis sinyal MACD ternyata berasal dari harga pada titik EMA 26 dikurangi EMA 12. Menurut Rayner, cara sederhana untuk menganalisa area jual dan beli pakai indikator trading ini harus selaras dengan trend. Pada contoh di gambar, arah tren turun ditandai dengan dua garis EMA berada diatas susunan candlestick. Pilihan kita adalah menyiapkan posisi jual saat terjadi perpotongan antara ujung histogram dan garis sinyal.

Kesimpulan & Penutup: Jangan Buang Waktu Mencari Setup Terbaik!

Ketika dalam fase pembelajaran, banyak waktu terbuang hanya demi mencari setup indikator paling sempurna. Percaya deh, kamu tidak akan pernah menemukannya, karena memang setup terbaik itu tidak ada. Apa yang dilakukan oleh kelima trader pro diatas udah cukup jelas dijadikan referensi: trading adalah bisnis, perlu aksi untuk membuktikan hasil akhir.

Leave a Comment